kementerianpendidikan dan kebudayaan melalui pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan bidang mesin dan teknik industri (pppptk bmti), akan menyelenggarakan diklat calon guru inti program pengembangan keprofesian berkelanjutan (pkb) melalui peningkatan kompetensi pembelajar (pkp) berbasis zonasi bagi guru sd di
› Utama›Pelatihan Guru Bermetode "5 In... Pelatihan guru berbasis zonasi dimulai dengan metode lima kali diskusi dan tiga kali praktik untuk satu pokok bahasan. Sebanyak guru tengah menerapkan pelatihan yang diistilahkan sebagai "5 in dan 3 on" ini. OlehLaraswati Ariadne Anwar 5 menit baca KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR Suasana pelatihan guru berbasis zonasi pada hari Sabtu 2/11/2019 di SMPN 275 Jakarta Timur. Sekolah ini adalah Pusat Belajar untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan KOMPAS — Pelatihan guru berbasis zonasi dimulai dengan metode lima kali diskusi dan tiga kali praktik untuk satu pokok bahasan. Sasaran metode ini untuk mengubah pendekatan guru dalam mengajar agar memerhatikan tumbuh kembang siswa sehingga bukan menitikberatkan kepada kognitif saja, tetapi juga perkembangan nalar dan guru secara serentak tengah menerapkan pelatihan yang diistilahkan sebagai "5 in dan 3 on" tersebut. "In" berarti diskusi dan "on" berarti praktik. Diskusi dilakukan setiap hari Sabtu di pusat belajar PB. Pada Sabtu 2/11/2019 merupakan kali kedua para guru tersebut melakukan diskusi. Terdapat PB se-Indonesia dengan guru inti yang sudah dilatih oleh tim pengembangan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan GTK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Setiap PB memiliki 20 guru sasaran dari sekolah-sekolah di sekitar. Artinya, untuk tahun 2019 ada guru diskusi pertama para guru berembuk mengenai masalah pemelajaran yang mereka nilai paling signifikan. Setelah dua kali diskusi, mereka menerapkan metode yang disepakati di sekolah masing-masing. Pada hari Sabtu ketiga guru berkumpul lagi mengevaluasi penerapan ini untuk kemudian diterapkan revisinya."Setiap PB terdiri dari satu guru inti yang menangani 20 guru sasaran. Mereka mendiskusikan mata pelajaran yang spesifik," kata Direktur Jenderal GTK Kemdikbud Supriano, Sabtu, ketika meninjau proses pelatihan di SMPN 275 Jakarta Timur yang merupakan PB mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk guru-guru juga Kompetensi Guru Dimulai dari Perubahan Persepsi BelajarSupriano mengatakan, Kemdikbud melalui situs dan aplikasi Rumah Belajar menyediakan modul pelatihan berdasarkan topik setiap mata pelajaran. Setiap PB bebas memilih modul yang hendak mereka bahas terlebih dahulu sesuai kebutuhan di zona masing-masing. Biasanya per PB memutuskan topik pembahasan berdasarkan peta hasil Ujian Nasional yang menunjukkan poin-poin terperinci yang belum dipahami siswa sehingga guru bisa mengevaluasi cara mereka Rumah Belajar juga memudahkan guru berkomunikasi, mengunduh, dan mengunggah gagasan pemelajaran sehingga terjadi diskusi daring secara nasional. Cara ini lebih efisien dibandingkan dengan metode pelatihan terpusat yang memanggil ribuan guru ke Jakarta dan memberi mereka materi seragam. Kini, guru bisa menentukan titik intervensi prioritas ARIADNE ANWAR Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Supriano mengatakan di Jakarta, Sabtu 2/11/2019 bahwa metode pelatihan guru berbasis zonasi "5 in dan 3 on" berarti lima kali pembahasan masalah yang diselingi tiga kali praktik di sekolah masing-masing dengan evaluasi berkelanjutan. Setiap Pusat Belajar yang melatih 20 guru memiliki fokus bahasan berbeda sesuai dengan masalah di menjabarkan, metode pelatihan berbasis zonasi selain spesifik menyasar masalah pemelajaran juga untuk menguatkan kompetensi pedagogik guru. Berdasarkan evaluasi Kemdikbud, pola pelatihan selama ini fokus kepada peningkatan kapasitas guru menguasai materi pelajaran, bukan kepada cara guru menyampaikan materi kepada pelatihan berbasis zonasi selain spesifik menyasar masalah pemelajaran juga untuk menguatkan kompetensi pedagogik guru."Kalau sekadar materi pelajaran sudah bisa diakses di mana-mana, apalagi di internet. Kita butuh guru yang bisa menyaring materi yang tepat untuk siswa dan menyampaikannya dengan cara yang mengembangkan kreativitas, nalar kritis, dan kemampuan siswa melakukan proyek berkelompok," pelatihan "5 in, 3 on" ini memanfaatkan teknologi digital sebagai alat bantu. Oleh karena itu, guru sasaran memang mereka yang sudah melek teknologi. Harapannya adalah guru-guru lain akan terinspirasi melihat para guru yang mengikuti pelatihan sehingga terimbas Supriano, selain akan menambah jumlah guru inti, PB, dan guru peserta, pada tahun 2020 ia juga berharap akan muncul inisiatif pelatihan-pelatihan mandiri. Kemdikbud menyediakan modul dan metode pemantauan melalui kepala sekolah dan pengawas yang sudah dibekali untuk memastikan bahwa di dalam kelas memang terjadi perubahan cara guru mengajar menjadi terpusat kepada persepsiGuru inti untuk PB IPA SMPN 275 Jakarta Bambang Kusnandar menjelaskan, hal pertama yang dilakukan ialah mengubah persepsi guru dari sebagai pusat pemelajaran menjadi fasilitator pemelajaran. Hal ini karena di era disrupsi teknologi siswa membutuhkan pendamping yang membantu mereka menavigasi berbagai informasi di buku, internet, dan media lain. Siswa memerlukan guru yang bisa memupuk rasa percaya diri dan keberanian untuk mencoba tanpa takut gagal."Berani bereksperimen dengan rumus dan metode pencarian solusi adalah makna dari pemelajaran berbasis nalar tingkat tinggi HOTS/Higher Order of Thinking Skill," tutur Bambang yang juga guru IPA di SMPN 259 bereksperimen dengan rumus dan metode pencarian solusi adalah makna dari pemelajaran berbasis nalar tingkat mengungkapkan, sebagian guru sebenarnya sudah menerapkan HOTS dalam kegiatan belajar sehari-hari. Mereka tidak lagi menyuruh siswa menghafal teori dan rumus, melainkan memberi mereka kebebasan mengutak-atik rumus guna memecahkan persoalan. Sistem asesmen juga tidak sekadar ujian tertulis, ada yang membuat makalah, maket, hingga komik sehingga siswa benar-benar mengerahkan kemampuan mencari informasi, menganalisanya, merancang karya, berkreasi, dan mengasah kemampuan berbahasa. Hanya, guru tidak menyadari bahwa praktik ini sudah termasuk pemelajaran HOTS."Di sisi lain, ada pula guru yang memang belum tahu makna pemelajaran HOTS. kalaupun tahu definisinya, mereka takut mencoba. Alasannya bisa karena takut birokrasi dan bisa pula tidak tahu langkah awal yang harus diambil," ujar juga Pelatihan Guru secara Sistematis Mendesak DilakukanPada pertemuan kedua itu para guru berdiskusi mengenai cara menerapkan pemelajaran berbasis HOTS di kelas masing-masing. Suasana belajar yang cair memungkinkan guru saling memberi masukan. Mereka membuat rancangan pemelajaran untuk kelas masing-masing yang segera diterapkan pekan ini dan akan dievaluasi pada Sabtu itu, di SDN 06 Makassar, Jakarta Timur yang menjadi PB untuk guru-guru SD kelas IV, V, dan VI, mereka belajar membuat pertanyaan tematik yang terbuka beserta penilaian formatif. Arin Darhani Sitepu yang bertugas sebagai guru inti PB ini menjelaskan, guru sudah mengerti cara mengajar yang merangsang kreativitas dan nalar siswa. Masalahnya, ketika mereka mengevaluasi pemahaman siswa terkait materi tersebut, guru terjebak pada pertanyaan-pertanyaan yang normatif."Untuk sesi lima pekan ini kami fokus ke cara merancang pertanyaan dan asesmen formatif. Setelah seri \'5 in dan 3 on\' materi ini selesai, kami akan pindah membahas topik selanjutnya yang disepakati para guru," ucapnya.
melaluitahap seleksi untuk mencari guru bagus, sebagai guru inti, dari 120 peserta guru bagus, terseleksi sebanyak 32 guru inti
Significado de Guru Guru Ă© um termo que se originou no antigo idioma sânscrito da ĂŤndia, e pode ser entendido como sinĂ´nimo de professor, guia espiritual ou mestre. O termo guru originalmente estava associado a religiões como o budismo, o hinduĂsmo e o siquismo, contudo, com o tempo o termo ganhou no ocidente uma acepção mais secular. Hoje em dia, no âmbito das religiões oriundas da ĂŤndia, ainda encontramos o termo guru sendo usado em sua acepção original, e Ă© possĂvel encontrar na internet diversos gurus que trazem ensinamentos religiosos, ensinando tĂ©cnicas de meditação ou de sexo tântrico, por exemplo. Encontramos tambĂ©m gurus nascidos e instruĂdos no ocidente que ensinam sobre as religiões indianas. No entanto, atualmente o termo guru no ocidente tambĂ©m pode ser usado em um sentido laico, significando alguĂ©m que Ă© especialista e professor de algum tema especĂfico, e neste sentido podemos encontrar por exemplo “o guru da informática”, “o guru da bolsa de valores”, “o guru do amor”, “o guru das vendas” e etc. A etimologia da palavra guru Ă© controversa. Contudo, uma das interpretações mais conhecidas sobre o significado etimolĂłgico da palavra guru nos diz que no sânscrito a sĂlaba “gu” significa “trevas” ou “escuridĂŁo” e a sĂlaba “ru” significa “o que dissipa”, “aquele que afasta”, assim, originalmente a palavra poderia ser entendida como “aquele que dissipa a escuridĂŁo”, ou seja, aquele que ilumina, traz a iluminação, o esclarecimento, a sabedoria. O Guru do Amor O Guru do Amor Ă© o nome de um filme lançado em 2008. Trata-se de uma comĂ©dia americana que tem como tĂtulo original The Love Guru. O filme narra a histĂłria de um homem educado na ĂŤndia que retorna aos EUA fazendo sucesso com ensinamentos sobre relacionamentos. O filme Ă© estrelado por Mike Myers e no elenco conta ainda com Justin Timberlake e Jessica Alba.
Dalamupaya mempersiapkan pelaksanaan Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) tahun 2019, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika akan mengadakan kegiatan Pembekalan Guru Inti Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Guru SD Tahap II Non Rombel (BUN) region Yogyakarta.
Berikut ini yaitu Jadwal Pelatihan Guru Inti Kurikulum 2019 se Indonesia No Pelatihan Regional Provinsi LPMP Tanggal 1 Makasar Sulawesi Selatan Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Sulawesi Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Gorontalo Bali LPMP Sulawesi Selatan 03 Juli 2019 s/d 07 Juli 2019 2 Jakarta DKI Jakarta Bangka Belitung Lampung Bengkulu Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah LPMP DKI Jakarta 03 Juli 2019 s/d 07 Juli 2019 3 Bandung Jawa Barat Banten LPMP Jawa Barat 03 Juli 2019 s/d 07 Juli 2019 4 Semarang Jawa Tengah DI Yogyakarta LPMP Jawa Tengah 03 Juli 2019 s/d 07 Juli 2019 5 Surabaya Jawa Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Kalimantan Timur LPMP Jawa Timur 03 Juli 2019 s/d 07 Juli 2019 6 Medan Sumatera Barat Sumatera Utara Aceh Riau Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi LPMP Sumatera Utara 03 Juli 2019 s/d 07 Juli 2019 Downloads
Staffpengajar SMA LTI IGM, yang juga berprofesi sebagai guru mata pelajaran Kimia, Betty Kurniaty, S.Si., M.Pd. terpilih menjadi satu satunya guru yang ada di kota Palembang yang mendapatkan pembekalan guru inti yang merupakan Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PPKP) di jakarta pada tanggal 9-16 oktober 2019.
Reportase Nuni Fitriarosah BANDUNG BARAT-NEWSROOM. Enam guru matematika SMP Kabupaten Bandung Barat bersama sejumlah guru mata pelajaran yang sama dari kabupaten lainnya di Jawa Barat, mengikuti pembekalan Guru Inti Program PKB melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran PKP berbasis zonasi. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan PPPPTK Matematika tersebut bertempat di LPMP Jawa Barat berlangsung seminggu 20-26 Agustus 2019. Para guru tersebut adalah Ujang Rahmat Slamet SMPN 1 Gunung Halu, Aah Masruah SMPN 1 Cililin, Rika Kaniawaty SMPN 1 Padalarang, Nuni Fitriarosah SMPN 4 Ngamprah, Hendra Sudrajat SMPN 3 Sindangkerta, dan Suci Intan Sari SMPN 4 Lembang. Selama tujuh hari dibekali berbagai materi sebagai persiapan program PKP yang pada tahun 2019 ini mengalami perubahan skema pelatihan, yang semula dilatih di pusat, namun dikaitkan dengan penguatan kompetensi pembelajaran, menjadi pelatihan berbasis zonasi dengan melatih para guru inti menjadi fasilitator yang baik, mencakup dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Program PKP rencananya akan memaksimalkan peran guru inti, kepala sekolah, dan pengawas sekolah di kelompok kerja di zonanya masing-masing. Peningkatan kompetensi ini berbiaya murah karena berbasis zonasi. Guru tidak perlu meninggalkan kegiatan belajar dan mengajar KBM di kelas, melaksanakan peer teaching pada kegiatan kelompok kerja, serta peer learning sesama guru dalam zonasinya. Selain itu, kerjasama antara guru secara berkomunitas community learning, serta kepala sekolah dan pengawas sekolah saling bertukar pengalaman. Pelatihan dilakukan berdasarkan pendekatan masalah yang berawal dari refleksi diri dan analisis hasil UN/USBN serta ujian sekolah. Implementasi program PKP akan berpusat pada kegiatan di zonasi, di mana guru akan melakukan peningkatan kompetensi di zonanya masing-masing, guru tidak lagi dikumpulkan di kabupaten/kota dalam waktu tertentu dan meninggalkan kelas. Ujang Rahmat Saleh mengungkapkan bahwa sistem zonasi telah dilaksanakan dalam pengaturan penerimaan siswa baru. Mulai tahun ini Pemerintah melalui Kemdikbud menjadikan zonasi sebagai basis pelatihan guru. Para Guru Inti dilatih untuk menjadi fasilitator yang baik agar dapat menjadi pelaku perubahan layanan pendidikan di zonanya masing-masing. “Dalam menjalankan peran sebagai Guru Inti, mudah-mudahan dapat menjadi ujung tombak untuk membenahi layanan pendidikan di masing-masing zona. Harapannya pelatihan guru berbasis zonasi ini dapat mengantarkan keberhasilan guru dalam mendidik dan mengantarkan seluruh siswa menjadi berprestasi tanpa diskriminasi,” ungkapnya. Lebih jauh Ujang rahmat menyampaikan tujuan kegiatan di atas adalah meningkatkan kompetensi siswa melalui pembinaan guru dalam merencanakan, melaksanakan sampai dengan mengevaluasi pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi KBTT. Selain itu diharapkan dapat meningkatkan kualitas para Guru Inti dalam memfasilitasi guru sasaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kompetensi guru. “Seperti kita ketahui bahwa pembangunan SDM menjadi fokus perhatian dari pemerintah. Guru adalah salah satu SDM di bidang pendidikan. Penerimaan siswa berdasakan zonasi memberi kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan pendidikn tanpa memandang stigma sekolah favorit dan bukan sekolah favorit. Guru yang hebat itu dalah guru yang bisa mengantar semua siswa menjadi cerdas, dan sekolah bisa mengantar seluruh siswa menjadi cerdas. Kita berharap guru dapat lebih meningkatkan kontribusi untuk mendukung pembangunan SDM guna menyongsong bonus demografi,” lanjut Ujang Rahmat. Sementara itu, Nuni Fitriarosah mengatakan bahwa pembekalan ini membantu Guru Inti memahami dan menganalisis strategi dalam memfasilitasi guru sasaran dalam mengembangkan desain pembelajaran dan penilaian berorientasi KBTT yang terintegrasi lima unsur utama Penguatan Pendidikan Karakter PPK dan literasi dalam rangka mencapai kecakapan Abad 21. Pendidikan karakter adalah jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, begitu pula dengan Gerakan Literasi Nasional GLN yang merupakan induk gerakan literasi di lingkungan Kemdikbud yang dilaksanakan secara menyeluruh dan serentak mulai dari lingkup keluarga, sekolah maupun masyarakat. “Pembekalan Guru Inti ini adalah awal dari proses peningkatan mutu pembelajaran. Materi yang diberikan pada pembekalan Guru Inti kembali menyadarkan guru bahwa Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tertuang dalam Permendikbud 37 tahun 2018 harus dijadikan pedoman sebelum melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Sehingga guru mengetahui titipan apa yang terkandung dalam Permendikbud tersebut. Selain itu, Pembelajaran terintegrasi PPK dan GLN yang berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi’ menjadikan guru menyadari bahwa antar PPK, GLN dan proses pembelajaran berbasis KBTT adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,” kata Nuni. Di sisi lain, Rika Kaniawaty menandaskan bahwa program ini harus mempertimbangkan pendekatan kewilayahan atau dikenal dengan istilah zonasi. Hal ini guna meningkatkan efisiensi, efsektivitas, serta pemerataan mutu pendidikan. Pengelolaan kelompok kerja guru, yang selama ini dilakukan melalui gugus atau rayon, dapat terintegrasi melalui zonasi pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat, seperti status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata-rata UN/USBN, atau pertimbangan mutu lainnya. “Semoga kompetensi guru di KBB semakin merata. Semua guru agar mau mendukung program PKB melalui PKP berbasis zonasi, karena program ini mungkin saja tidak akan secara instant dapat terlihat manfaatnya. Namun, di kemudian hari kita dapat melihat bahwa ini dapat berdampak baik untuk peningkatan kompetensi kita sebagai guru maupun peningkatan kualitas siswa,” tandas Rika Kaniawaty. *** Editor Adhyatnika GU Total Views 0
4A0Co. kqun7lqtlc.pages.dev/892kqun7lqtlc.pages.dev/771kqun7lqtlc.pages.dev/475kqun7lqtlc.pages.dev/121kqun7lqtlc.pages.dev/52kqun7lqtlc.pages.dev/962kqun7lqtlc.pages.dev/824kqun7lqtlc.pages.dev/135kqun7lqtlc.pages.dev/555kqun7lqtlc.pages.dev/991kqun7lqtlc.pages.dev/412kqun7lqtlc.pages.dev/664kqun7lqtlc.pages.dev/640kqun7lqtlc.pages.dev/915kqun7lqtlc.pages.dev/10
pelatihan guru inti 2019