Semogavideo ink bermanfat bagi seluru alam.Harapan kami semoga kita termasuk murid murid beliau.Jgn lupa like and subscribe KH. Abdullah Faqih Bersama KH. Maimun Zubair KH. Abdullah Faqih adalah ulama yang kharismatik sekaligus pengasuh generasi keenam Pon. Pes. Langitan. Beliau merupakan kiai yang sederhana dengan sifat tawadu yang luar biasa. Selain itu beliau juga mempunyai kiprah yang berpengaruh bagi NU, hal ini terbukti karena seringnya beliau dijadikan rujukan oleh kaum nahdliyin. Bahkan KH. Abdullah Faqih atau yang biasa disebut Mbah Yai Faqih itu menjadi sumber rujukan Bapak Presiden keempat, yaitu KH. Abdurrahman Wahid mengenai permasalahan negara. Oleh karena itu, di bawah ini akan diungkapkan secara singkat biografi beliau. Masa Kecil KH. Abdullah Faqih dilahirkan di Mandungan, Widang, Tuban, Jawa Timur. Beliau merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Kiai Rofi’i dan Nyai Khodijah. Mengenai tanggal kelahiran beliau, masih terdapat perbedaan pendapat. Namun pendapat yang dipilih sebagaimana tertulis dalam KTP beliau. Yaitu tepat tanggal 2 Mei 1932 M. Atau 1 Muharram 1351 H. Pada hari Sabtu. Pada saat umur 7 tahun, beliau ditinggal sang ayahanda. Semenjak Ayahanda wafat, ibu beliau dinikahi KH. Abdul Hadi Zahid pengasuh Ponpes. Langitan, generasi k-4. Dan semenjak itulah, kehidupan beliau diarahkan oleh KH. Abdul Hadi, dari mondok hingga berkeluarga. Rihlah Ilmiah Setelah belajar pada KH. Abdul Hadi zahid. KH. Abdullah Faqih muda meneruskan rihlah ilmiahnya ke beberapa pesantren. Salah satunya adalah pondok pesantren asuhan KH. Ma’shum yang berada di Lasem. Pondok pesantren asuhan KH. Abu Fadhol Senori dan Pondok pesantren KH. Dalhar Watucongol, serta beberapa pesantren lain. Perjalanan rihlah ilmiah beliau itu ditempuh dengan waktu yang relatif singkat, yaitu hanya empat tahun, sebagaimana pengakuan beliau sendiri pada suatu kesempatan. “Di Lasem –mondok dua setengah tahun. Di Senori enam bulan. Setelah itu satu bulan pindah ke pesantren lain. Total semuanya tidak lebih dari empat tahun” Kata beliau. Berkeluarga dan Mengasuh Pesantren Selama mondok di Lasem, KH. Ma’shum memiliki perhatian lebih kepada KH. Abdullah Faqih Muda. Puncaknya, beliau dinikahkan dengan Nyai Hunainah binti Kiai Bisri, putri persusuan radha sekaligus keponakan KH. Maksum. Hasil dari pernikahan ini, beliau dikarunia 12 orang anak. Setelah kembali ke Langitan dengan memboyong keluarga, beliau langsung ikut mengabdi ke pesantren. Pada saat KH. Abdul Hadi Zahid wafat karena usia lanjut, beliau ditetapkan sebagai pengasuh pesantren didampingi KH. Ahmad Marzuqi yang juga merupakan pamannya. Pada saat mengasuh pesantren, beliau dikenal sebagai kiai yang disiplin. Rajin terus ke kamar-kamar untuk mengajak belajar, musyawarah, dan shalat malam. Begitu pula dalam ketertiban suasana, beliau cinta kebersihan sehingga kondisi pondok yang tidak bersih akan mendapat perhatian serius dari Beliau. Selain itu, Pada masa mengasuh pesantren, banyak ide dan gagasan beliau yang disalurkan dan masih ada hingga saat ini. Sebagaimana yang terjadi dalam model kepengurusan pondok, dimana beliau merumuskan empat pilar kepengurusan pesantren, yaitu Majelis Idarah, Majelis An Nuwwab, Majelis Tahkim, dan Majelis Amn. Wafat Tepat pada hari Rabu, 29 Februari 2012 M. Usai shalat maghrib sekitar pukul WIB, beliau dipanggil ke hadiratnya. Bumi pun berduka karena ditinggal ulama yang penuh kharisma. Kabar meninggalnya beliau langsung tersebar melalui pesan antar mulut, sms, dan dunia maya. Beliau dimakamkan pada pukul Wib. Hari Kamis, 1 Maret 2012 M. Diantara pusara para pendahulu pengasuh pesantren Langitan.

Tag Wafatnya KH. Abdullah Faqih. Khotmil Qur'an Bil Ghoib sebagai Pra Acara Peringatan 40 Hari Wafatnya KH. Abdullah Faqih. by sahal | Apr 4, 2012 | Langituna | 0 . Read More. Silatnas KESAN, Do'a Langitan untuk Bangsa. Langituna. KH. ABDULLAH FAQIH: "MENETAPKAN IMAN"

JAKARTA - Pesantren Langitan memang termasuk pesantren tua di Jawa Timur. Pesantren ini didirikan 1852 oleh KH Muhammad Nur, asal Desa Tuyuban, Rembang, Langitan. Para generasi pertama NU pernah belajar di pesantren ini, seperti KH Muhammad Cholil Bangkalan, KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Syamsul Arifin yang merupakan ayah KH As’ad Syamsul Arifin, dan KH Abdullah Faqih merupakan generasi kelima pengasuh Pesantren Langitan sejak 1971. Beliau menggantikan KH Abdul Hadi Zahid yang meninggal dunia karena faktor usia. Dalam memimpin pesantren, Kiai Faqih saat itu masih didampingi KH Ahmad Marzuki Zahid, yang juga pamannya. Pondok Pesantren Langitan itu berada di bawah jembatan jalan raya Babat Lamongan jurusan Tuban, Jawa Timur, tepatnya di Desa Widang. Meski tetap mempertahankan kesalafannya, pada era Kiai Faqih inilah Pesantren Langitan lebih terbuka dan maju. Misalnya, ia mendirikan Pusat Pelatihan Bahasa Arab, kursus komputer, mendirikan Taman Kanak-Kanak TK dan Taman Pendidikan Al-Qur’an TPA.Berdasarkan berbagai sumber, Kiai Faqih juga membentuk Badan Usaha Milik Pondok berupa toko induk, kantin, dan wartel. Selain itu, Kiai Fakih juga mengarahkan pesantrennya agar lebih dekat dengan masyarakat. Di antaranya, beliau mengirimkan dai ke daerah-daerah sulit di Jawa Timur dan luar Jawa. Setiap Jum’at, Kiai Fakih juga menginstruksikan para santrinya untuk shalat Jum’at di kampung-kampung. Bahkan, Kiai Fakih membuka pengajian umum di pesantren yang diikuti masyarakat umum."Pesantren waktu dipimpin Kiai Faqih sangat pesat sekali perkembangannya. Dan santri itu snagat tunduk sekali pada beliau. Karena beliau sangat kharismatik dan tidak membeda-bedakan," kata Gus salah satu dawuhnya, Kiai Faqih mengungkapkan bahwa ada empat hal yang bisa menyelamatkan seseorang di dunia, yaitu suka memaafkan orang lain, tidak suka membodohi atau menyakiti orang lain, tidak suka mengharap pemberian orang lain, dan suka memberi kepada orang lain. KiaiAbdullah Faqih, adalah salah satu tokoh sentral dari kalangan pesantren yang ikut menggempur Belanda pada serangan 10 November 1945. Bukan kiai sembarangan, Abdullah Faqih yang berasal dari Pondok Pesantren Langitan, Tuban, ini dikenal punya kekuatan magis yang luar biasa. Oleh Khomsatul Mahfudzoh KH. Abdullah Faqih Langitan lahir pada tanggal 2 Mei 1932 di desa Mandungan kecamatan Widang kabupaten Tuban, Jawa Timur. Beliau terlahir dari pasangan KH. Rofi’i Zahid dan Ibu Nyai Hj. Khadijah. Pendidikannya dimulai dari berguru ke Mbah Abdur Rohman Lasem, Rembang, Jawa Tengah, lalu dilanjutkan merantau ke Mekkah, Arab Saudi. Di sana beliau belajar pada Sayyid Alwi bin Abbas Al Maliki, setelah itu mengabdi di Pondok Pesantren yang didirikan oleh KH. Muhammad Nur yaitu PP. Langitan sampai wafat. Kiai Faqih mempunyai istri yang bernama Ibu Nyai Hj. Hunainah Faqih yang sampai sekarang masih sehat. Pasangan ini dikaruniai sembilan putra dan putri yaitu Ubaidillah Faqih Mujab Faghni Faqih Alm Muhammad Faqih Hanifah Faqih Amiroh Faqih Faiqoh Faqih Abdulloh Habib Faqih Abdurrahman Faqih Ma’sum Faqih Syaikhina KH. Abdullah Faqih wafat pada tanggal 29 Februari 2012 di ndalem/kediaman beliau, Widang, Tuban, Jawa Timur pada umur 82 Tahun. Bagaikan disambar petir di tengah siang bolong, kabar duka itu membuat semua orang, baik dari keluarga beliau sendiri, kalangan ulama, santri dan juga orang-orang kecil yang mengaguminya kaget dan tidak percaya. Tapi sebelum beliau wafat, beliau sudah sakit selama beberapa bulan. Mungkin juga karena usianya yang sudah sepuh tua. Semua orang berbondong-bondong untuk bertakziyah, dari kalangan apapun, kota/ daerah manapun itu, dan sesibuk apapun mereka yang mengaguminya pasti disempatkan untuk bertakziyah ke kediaman beliau. Kiai Faqih adalah generasi ke empat pengasuh Pondok Pesantren Langitan yang menggantikan KH. Abdul Hadi Zahid pada Tahun 1971. KH. Abdullah Faqih atau yang sering dipanggil Kiai Faqih merupakan ulama yang sangat karismatik, selalu mengedepankan kasih sayang walaupun dengan anak kecil. Begitu juga dengan semua orang yang dari kalangan apapun, beliau sangatlah rama. Ketika bertemu dengan santrinya pun selalu tersenyum dan tiada lelah untuk selalu mendo’akan para santrinya. Kiai Faqih selalu menjadi suri tauladan bagi siapapun. Banyak dari kalangan ulama tanah air maupun luar negeri pada mengaguminya. Seperti KH. Abdurahman Wahid gus dur, Habib Umar bin Hafidz dan kiyai besar lainnya. Ketika Kiai Faqih sakit pun beliau dijenguk oleh bapak presiden ke-6 yaitu bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Ada suatu kisah tentang Kiai Faqih pada bulan Ramadlhan. Waktu itu beliau pernah tidak sahur dan tidak pula berbuka puasa. Dalam berpergian, ketika semua orang mencari warung/rumah makan untuk berbuka puasa, beliau hanya bisa masuk dalam masjid dan meminum air di dalam kamar mandi dengan penuh dahaga dan kepuasan. Katanya “Tirakat dengan terpaksa ataupun dengan disengaja Insya Allah pasti akan mendapatkan hasilnya”. Mengenai pendidikannya mulai ditempuh di Lasem, Rembang, Jawa Tengah, sekitar 2 tahun setengah, dan dilanjutkan di Senori Tuban Jawa Timur kira-kira hanya 6 bulan. Kiai Faqih belajar dan mengabdi di pondok pesartren milik kiai-kiai besar hanya sekitar 1 bulan. Jadi belajarnya di pondok pesantren itu tidaklah lama, paling kurang lebih hanya 4 tahun. Meskipun begitu beliau selalu minta diajari oleh kiai-kiai sepuh yang sangat alim di zaman dulu. Seperti K. Fathurrohman, K. Baidlhowi, K. Ma’sum, K. Maftuhin, K. Mansyur dan kiai-kiai sepuh di Nusantara lainnya. Kiai Faqih selalu berpindah-pindah tempat ketika mengaji, bahkan beliau pernah satu malam menginap di ndalem/kediaman K. Fathurrohman, besok malamnya lagi menginap dindalem/kediaman K. Ma’sum. Beliau lakukan itu supaya mendapat wawasan/pelajaran banyak yang berbeda-beda dari para kiai sepuh tempo dulu. Ada banyak dawuh-dawuh beliau yang saya ingat, kalau saya sebutkan semua pasti tak akan muat dalam lembaran ini. Salah satu dawuh Mbah Faqih yaituEmpat Resep Keselamatan “Resep orang yang ingin selamat, itu ada empat 1 Kalo kamu di sakiti orang lain, jangan pernah membalas. Kamu harus mau memaafkannya 2 Jangan pernah mau untuk menyakiti orang lain 3 Tidak berharap sesuatu dari orang lain 4 Suka memberi kepada sesama.” Nasab Bukanlah yang Utama “Yang membuat tinggi derajat itu bukalanlah nasab/keturunan, tetapi akhlak sopan santun dan ilmu.” Tanda-tanda Hati yang Keras “Tanda hati yang keras itu adalah, kalo diajak melakukan kebaikan hatinya merasa berat, tapi kalo sudah berbuat maksiat tidak mempunyai keinginan untuk bertaubat.” Pertama Mengaji, Selanjutnya Terserah Anda “Kalo putra/putri kalian sudah selesai dipondokkan, selanjutnya kalian sekolahkan dia menjadi Sarjana, Politis dan Pejabat itu terserah kalian. Karena anak yang sudah punya dasaran Ilmu Agama, Insya Allah dimanapun dia pasti akan selamat.”Adab Tetap Nomer Satu “Orang yang tidak punya Ilmu, tapi punya adab akhlak itu lebih mulia. Daripada orang yang punya Ilmu tapi tidak mempunyai adab dan akhlak sopan santun.” Empat Hal Keberuntungan “Setengah dari orang beruntung itu 1 Orang yang mempunyai istri sholihah, 2 Mempunyai anak yang berbakti 3 Mempunyai teman yang sholeh-sholeh dan 4 Rezekinya ada didaerahnya sendiri.” Itulah sebagian dari dawuh-dawuh beliau, singkat tapi sangat memberi pelajaran yang berharga. Beliau memberikan dawuh-dawuh/sebuah nasihat yang sangat sederhana tapi mudah dimengerti oleh orang lain, di dalam pesantren maupun di luar pesantren. Kepada santri maupun kepada orang lain yang berada diluar pesantren. Bahkan KH. Abdurrahman Wahid atau dikenal dengan Gus Dur presiden yang ke-4 menyempatkan waktu berbincang berdua kepada syaikhina Kiai Faqih di kamar pribadinya. Gus Dur sangat mencintai Kiai Faqih. Sebelum wafat beliau juga sempat disambangi/dijenguk guru besar Yaman yaitu Habib Umar bin Hafidz untuk bersilaturahmi. Masih banyak lagi ulama-ulama besar Nusantara maupun luar Nusantara yang bersilaturahmi kepada beliau. Demikian sedikit biografi Kiai Faqih ketika masih hidup. Selama nyantri di sana yang saya ketahui dari beliau yaitu sikap harmonisnya kepada siapa pun. Jika ada salah kata atau apapun itu saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. “Kualitas ke Islaman seseorang tidak terletak pada pakaian yang dikenakan, tetapi pada amal yang dipraaktikkan”. Wallahu A’lam Bisshowab

Langitan Rabo (20/2/2113) seusai jama’ah Isya’ diselenggarakan acara peringatan satu tahun wafatnya KH. Abdullah Faqih di musholla Agung Langitan. Acara tersebut dihadiri oleh beberapa habaib, seluruh santri dan 1000 tamu undangan dari keluarga masyayikh, masyarakat Widang dan sekitarnya.

Jakarta ANTARA News - Senior cleric KH Abdullah Faqih, who was the leader of the Langitan Islamic boarding school in Widang, Tuban, East Java, passed away at the age of 82 at around on Wednesday in his home in the school compound."His demise is a great loss not only for Nahdlatul Ulama NU but also the Indonesian nation," NU`s general chairman KH Said Aqil Siroj, said here on expressed deep condolences over the death of the senior cleric. "His activities in building NU and instill nationalism among his students have made him a respected cleric," he said. He called on all Moslems who could not come personally to pay respect to him to conduct special prayers for him. KH Abdullah Faqih is scheduled to be buried on Thursday. Khofifah Indar Parawansa, the chief of NU`s women wing, said Indonesia had lost a strong spiritual figure. KH Fakih was known and heard of because of his nationalist ideas raised during the start of the country`s reform movement. The late former president Abdurahman Wahid often used his statement as a reference for the reform movement especially when he set up the National Awakening Party PKB and decided to run for president. SYS/H-YH/S012
AbdullahFaqih dan Hj. Tswaibah. Dilahirkan pada tanggal 31 Desember 1947 Masehi atau lebih tepatnya tanggal 18 Shafar 1367 Hijriyah. Yai Buhin merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Beliau tinggal di sebuah desa kecil, yaitu Suci, Manyar, Gresik. Sejak kecil, orang tuanya selalu mengajarkan kesederhanaan dalam hidup.
Foto Nama Lengkap Abdullah Faqih Alias Kyai Khos Profesi Tokoh Agama Agama Islam Tempat Lahir Mandungan, Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur Tanggal Lahir Senin, 2 Mei 1932 Zodiac Taurus Warga Negara Indonesia Istri Nyai KhunainahAnak Ubaidillah, Muhammad, Mujib, Hanifah, Mujab, Ma'shum, Abdullah, Abdurrahman, Amirah BIOGRAFI Nama besar KH Abdullah Faqih sangat dikenal di kalangan pesantren Indonesia. Putra dari KH Rofi'i Zahid ini pernah mondok di pesantren al-Hidayat, Lasem, sekitar tahun 1950-an setelah sejak kecil lebih banyak belajar kepada ayahnya sendiri di Pesantren Langitan. Selengkapnya Berita Selengkapnya Foto Selengkapnya
Beliaulahir dari pasangan kekasih Al-Maghfurlah KH. Abdullah Faqih dan HJ. Tswaibah. Dari pasangan kekasih tersebut lahir 5 orang anak, 3 orang putra dan 2 orang putri, KH. Masbuhin Faqih merupakan anak pertama (yang paling tua). Beliau memiliki silsilah yang mulya dan agung, yakni sampai ke Sunan Giri. Abdullah Faqih From Wikipedia, the free encyclopedia Abdullah Faqih 2 Mei 1932 – 29 Februari 2012 adalah seorang kiai atau Ulama yang berpengaruh serta pengasuh Pondok Pesantren Langitan. Quick facts Abdullah Faqih, Meninggal, Pekerjaan, Dikenal... ▼ Abdullah FaqihMeninggalWidang, TubanPekerjaanPengasuh Pondok Pesantren LangitanDikenal atasPoros Ahmad Marzuki ZahidPartai politikNUSuami/istriNyai Hj. KhunainahAnakUbaidillah, Muhammad, Mujib, Hanifah, Mujab, Ma’shum, Abdullah Habib, Salamah, Abdurrahman, Amirah KH Abdullah Faqih(Langitan) KH. Hasyim Muzadi (Malang) KH. Muhibbi Karya Kiai Abul Fadhol Diantara kitab karya beliau : Kitab Ahla Musamarah fi Hikayat Auliya' 'Asyrah, Kifâyah al-Thullâb, merupakan kitab nazham(puisi) yang menghimpun teori-teori qawâid fiqhiyyah(filsafat yurisprudensi Islam/Islamische Rechtsmaximen).
Silsilah merupakan salah satu warisan spiritual yang ditinggalkan oleh para ulama besar. Sebuah warisan yang begitu berharga dan harus dijaga keberlangsungannya oleh para pengikutnya. Salah satu silsilah terkemuka di Indonesia adalah Silsilah KH Abdullah Faqih Langitan. Bagi masyarakat Jawa Timur, nama Langitan sudah tidak asing lagi. Terutama bagi mereka yang berada di daerah Trenggalek, Tulungagung, dan Blitar. Langitan merupakan salah satu lokasi pesantren tertua di Jawa Timur. Selain itu, Langitan juga terkenal sebagai tempat bermukimnya para ulama besar. KH Abdullah Faqih Langitan merupakan salah satu ulama besar yang berasal dari Langitan. Beliau lahir pada tahun 1911 dan wafat pada tahun 2006. Sejak kecil, KH Abdullah Faqih Langitan sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia spiritual. Beliau banyak belajar agama Islam dari ayahnya, KH Muhyiddin, yang juga seorang ulama besar. Beliau juga banyak belajar dari para ulama besar di Langitan seperti KH Abdul Karim dan KH Kholil Bangkalan. Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren Langitan, KH Abdullah Faqih Langitan kemudian pergi menuntut ilmu ke luar kota. Beliau belajar di pesantren-pesantren terkemuka seperti Gontor, Makkah, dan Madinah. Di Makkah, beliau belajar tafsir dan hadis dari ulama-ulama terkemuka seperti Syekh Mahmud Syaltut dan Syekh Mustafa al-Maraghi. Sementara di Madinah, beliau belajar dari ulama-ulama terkemuka seperti Syekh Muhammad al-Amin al-Syinqiti dan Syekh Muhammad al-Banna al-Attas. Setelah menyelesaikan pendidikannya di luar kota, KH Abdullah Faqih Langitan kemudian kembali ke Langitan dan memulai karir sebagai seorang ulama. Beliau menjadi pengasuh pesantren Langitan dan juga menjadi Imam Masjid Agung Langitan. Selain itu, beliau juga menjadi pengajar di beberapa pesantren terkemuka di Jawa Timur. Karya Ulama Besar Langitan Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Langitan merupakan salah satu lokasi pesantren tertua di Jawa Timur. Selain itu, Langitan juga terkenal sebagai tempat bermukimnya para ulama besar. Beberapa ulama besar yang berasal dari Langitan antara lain KH Muhyiddin KH Abdul Karim KH Kholil Bangkalan KH Abdullah Faqih Langitan KH Abdul Ghofur KH Abdul Hamid KH Mahrus Ali Para ulama besar ini memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan agama Islam di Indonesia. Mereka tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, tetapi juga mengembangkan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar mereka. Pesantren Langitan Pesantren Langitan merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa Timur. Pesantren ini didirikan oleh KH Muhyiddin pada tahun 1852. Pesantren Langitan dikelola oleh keluarga KH Muhyiddin dan sekarang sudah memasuki generasi ke-6. Pesantren Langitan memiliki banyak murid dan pengikut dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, pesantren ini juga terkenal sebagai pusat pengembangan seni tradisional Jawa Timur seperti tari, wayang, dan gamelan. Kesimpulan Silsilah KH Abdullah Faqih Langitan merupakan salah satu warisan spiritual yang perlu dijaga keberlangsungannya oleh para pengikutnya. KH Abdullah Faqih Langitan merupakan salah satu ulama besar yang berasal dari Langitan dan memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan agama Islam di Indonesia. Selain itu, Langitan juga terkenal sebagai tempat bermukimnya para ulama besar seperti KH Muhyiddin, KH Abdul Karim, dan KH Kholil Bangkalan. Pesantren Langitan merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa Timur dan memiliki banyak murid dan pengikut dari berbagai daerah di Indonesia.
AbdullahFaqih yang berjarak 300 meter dari Pondok Pesantren Langitan, dengan berkendara Sepedah Montor bersama H. Agus Ahmad Alawi (cucu dari Al Marhum) . sementara itu masyarakat masih terlihat bedatangan di pemakaman KH. Abdullah Faqih dengan menggunakan kendaraan Bus serta bersepedah Motor.
سلسلة الأحاديث الصحيحة ـ الشيخ الألباني Le grand recueil incontournable que nous a laissé le cheikh al-Albani, le muhaddith de ce siècle. Il s'agit de l'édition officielle, il n'en n'existe pas d'autre actuellement. Fiche technique Titre سلسلة الأحاديث الصحيحة Auteur الشيخ محمد ناصر الدين الألباني Volumes 11 Pages 6700 Édition مكتبة المعارف Couverture Rigide Volumes 11 Format 17x24cm Harakat Pas ou peu ou que sur le Matn Fréquemment achetés ensemble Autres titres du même auteur Créez un compte gratuit pour utiliser les listes de souhaits. Se connecter AbdullahFaqih) (6. Musfi'ah (7. 'Aisyah (8. Musta'inah (meninggal usia muda) (9. KH. Ahmad Marzuqi (10. Hindun (11. Maryam (meninggal ketika masih kecil) Pendidikan tentang dasar-dasar agama telah dirasakan oleh putra ke sembilan KH.

KH. Masbuhin Faqih – Masbuhin Faqih di lahirkan di desa Suci kec. Manyar Kab. Gresik pada tanggal 31 Desember 1947 Masehi atau 18 Shafar 1367 Hijriyah. Beliau lahir dari pasangan kekasih Al-Maghfurlah KH. Abdullah Faqih dan HJ. Tswaibah. Dari pasangan kekasih tersebut lahir 5 orang anak, 3 orang putra dan 2 orang putri, KH. Masbuhin Faqih merupakan anak pertama yang paling tua. Beliau memiliki silsilah yang mulya dan agung, yakni sampai ke Sunan Giri. Kalau diruntut, maka beliau adalah keturunan ke-12 dari kanjeng Sunan Giri Syeih Maulana Ishaq. Dengan runtutan seagai berikut Syeih Ainul Yaqin Sunan Giri – Sunan Dalem – Sunan Prapen – Kawis Goa – Pangeran Giri – Gusti Mukmin – Amirus Sholih – Abdul Hamid – Embah Taqrib – KH. Muhammad Thoyyib – KH. Abdullah Faqih – dan sampailah pada KH. Masbuhin Faqih. Dengan silsilah yang begitu agung tersbut, tak bisa dipungkiri di dalam diri beliau terdapat ruh dan jiwa seorang ulama yang tangguh dan berjuang tanpa batas waktu seperti embah buyutnya dahulu. Hal ini sesuai dengan Qiyasan santri “Bapaknya Singa maka ank-anaknya pun singa”. Pendidikan beliau sejak kecil di lingkungan yang islami. Mulai dari tingkat MI samapi Mts. Setelah Tsanawiyah beliau melanjutkan studinya ke Gontor, Pondok pesantren Darussalam Ponorogo, Jawa Timur, disanalah beliau memperdalam ilmu bahasa Arab dan Inggris. Setelah lulus dari Gontor beliau ingin memperdalam ilmu lagi, selanjutnya beliau nyantri di PP. Langitan Widang Tuban, yang pada saat itu diasuh oleh KH. Abdul Hadi dan KH. Abdullah Faqih. Di sana beliau memperdalam ilmu kitab kuning, mulai dari Fiqh, Nahwu, Shorof, tauhid, sampai tasawwuf. Proses penggembalaan ilmu di PP. Langitan cukup lama, sekitar 17 tahun belaiu nyantri di sana. Diceritakan bahwasannya sosok KH. Masbuhin Faqih muda adalah pemuda yang giat dan tekun belajar, suka bekerja keras, dan optimis dalam suatu keadaan apapun. Waktu di PP. Langitan beliau banyak melakukan tirakat, seperti memasak sendiri, melakukan ibadah puasa sunnah dan lain-lain. Di sana belaiu juga sempat menjadi khadam pembantu dalem kyai. Hal ini sampai menjadi jargon beliau dalam menasehati santri MBS Mamba’us Sholihin, yakni “nek mondok ojo belajar tok, tapi nyambio ngabdi nang pondok iku”. Dengan penuh keihlasan dan kesabaran, beliau jalani semua kehidupan diatas demi mendapatkan ilmu yang manfaat dan barakah. Ditengah-tengah menimba ilmu di Langitan, teatnya pada tahun 1976 M atau pada saat beliau berumur 29 th, KH. Abdullah Faqih langitan menyuruh kyai Masbuhin untuk berjuang di tengah masayrakat Suci bersama-sama dengan abahnya. KH. Faqih langitan sudah yakin bahwasannya santrinya ini sudah cukup ilmuya untuk berda’wah dan mengajar di masyarakat. Wak demi waktu berlalu, proses berda’wah terus berjalan dan berkembang pesat. Dengan perkembangan itu KH. Abdullah Faqih disuruh untuk membuat pesantren oleh beberapa guru beliau agar proses berda’wah tersebut lancar. Bersama-sama dengan Anak-anaknya mereka mendirikan suatu pondok yang diberi nama PP. At-Thohiriyyah, yang mana dengan filosofi berada di desa Suci. Masbuhin pada waktu itu masih pulang pergi dari langitan ke -Suci. Beliau masih beranggapan bahwa menimba ilmu di langitan belum sempurna kalau tidak dengan waktu yang lama. Inilah salah satu kelebihan beliau, yakni haus akan ilmu pengetahuan agama Islam. Tepat pada tahun 1980 M, beliau sudah mendapat restu untuk meninggalkan pondok pesantren Langitan. Baca Juga KH. Husein Muhammad, Biografi Singkat, Mendirikan Perguruan Tinggi Hingga Mendapat Penghargaan dari Pemerintah AS Dengan itulah beliau sekarang harus berkonsentrasi dalam msngurus PP. At-Thohiriyyah bersama dengan abahnya. Tepat pada tahun ini juga PP. At-Thohiriyyah dirubah menjadi PP. Mamba’us Sholihin, keadaan ini sesuai dengan usulan KH. Usman Al-Ishaqi. Karena nama suatu pondok dirasa mempunyai arti dan harapan yang penting. Perjungan KH. Masbuhin dalam memajukan pondoknya tidak kenal lelah. Setahap demi setahap pembangunan pondok dilakukan, mulai dari komplek sampai sekolahannya. Dengan relasi yang cukup banyak, beliau mampu membuat MBS singkatan dari Mamba’us Sholihin lebih maju baik itu gedungnya maupun kualitas sumber daya manusia di dalamnya.

YRppS.
  • kqun7lqtlc.pages.dev/720
  • kqun7lqtlc.pages.dev/52
  • kqun7lqtlc.pages.dev/782
  • kqun7lqtlc.pages.dev/489
  • kqun7lqtlc.pages.dev/284
  • kqun7lqtlc.pages.dev/653
  • kqun7lqtlc.pages.dev/703
  • kqun7lqtlc.pages.dev/656
  • kqun7lqtlc.pages.dev/631
  • kqun7lqtlc.pages.dev/159
  • kqun7lqtlc.pages.dev/888
  • kqun7lqtlc.pages.dev/228
  • kqun7lqtlc.pages.dev/951
  • kqun7lqtlc.pages.dev/848
  • kqun7lqtlc.pages.dev/36
  • silsilah kh abdullah faqih langitan